Pengertian Hari Kiamat

A. Pengertian / Arti Definisi Hari Kiamat (Hari Akhir)

Hari Kiamat adalah peristiwa di mana alam semesta beserta isinya hancur luluh yang membunuh semua makhluk di dalamnya tanpa terkecuali. Hari kiamat ditandai dengan bunyi terompet sangkakala oleh Malaikan Israfil atas perintah dari Allah SWT.

Setelah semua makhuk yang hidup mati maka Allah SWT akan membali memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup terompet untuk yang kedua kali guna membangunkan orang semua yang telah mati untuk bangkit kembali mulai dari manusia pertama zaman Nabi Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk melaksanakan hari pembalasan.

B. Macam-Macam / Jenis-Jenis Kiamat

1. Kiamat Sughra/Sughro (Kiamat Kecil)

Kiamat Sughra adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia yaitu kematian. Setelah mati roh seseorang akan berada di alam barzah atau alam kubur yang merupakan alam antara dunia dan akhirat.

Kiamat sughra sudah sering terjadi dan bersifat umum atau biasa terjadi di lingkungan sekitar kita yang merupakan suatu teguran Allah SWT pada manusia yang masih hidup untuk kembali ke jalan yang lurus dengan taubat.

2. Kiamat Kubra/Kubro (Kiamat Besar)

Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri kehidupan di dunia ini karena hancurnya alam semesta beserta isinya. Setelah kiamat besar maka manusia akan menjalani alam setelah alam barzah / alam kubur. Lihat Di Sini untuk melihat lebih rinci.

Kiamat kubra akan terjadi satu kali dan itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang benar-benar luar biasa di luar bayangan manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu segala amal perbuatan tidak akan diterima karena telah tertutup rapat.

C. Tanda-Tanda Hari Kiamat Akan Tiba

Kapan akan datang hari kiamat, tidak seorang pun tahu termasuk Nabi Muhammad SAW. Namun kita dapat mengetahuinya dengan memperhatikan tanda-tanda di mana hari kiamat akan datang, yaitu antara lain :

1. Asap di Timur dan Barat
2. Munculnya Dajjal
3. Muncul binatang melata di bumi (Dabatul Ard)
4. Terbit matahari sebelah barat
5. Turunnya Nabi Isa AS
6. Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
7. Gerhana di timur
8. Gerhana di barat
9. Gerhana di jazirah Arab
10. Keluarnya api dari kota Yaman yang menghalau manusia ke tempat pengiringannya

Tambahan :
Persiapkan diri kita sebaik mungkin untuk menghadapi kiamat kecil dan kiamat besar karena itu pasti akan terjadi. Jadilah orang yang beriman dan bertakwa untuk selamat dari siksa neraka dan mendapat surga dari Allah SWT.

Peristiwa dan Kehidupan Setelah Hari Kiamat :

Alam Kubur / Alam Barzah


Alam barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di dalam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi, sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.



Hari Kebangkitan / Yaumul Ba'ats


hari kebangkitan adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia baik yang tua, muda, besar, kecil, hidup di zaman nabi adam as, baru lahir saat kiamat, dsb akan bangkit kembali dari mati untuk kemudian dihitung amal perbauatannya selama hidup di dunia. Seluruh manusia akan bangkit kembali dengan jasad / tubuh ketika masih muda dengan raut yang wajah berbeda-beda sesuai amal perbuatannya.



Yaumul Mahsyar


Yaumul mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal zaman hingga akhir jaman untuk dilakukan hisab atau peradilan tuhan yang sejati pada yaumul hisab. Selanjutnya akan diberangkatkan ke jembatan shirotol mustaqim untuk disortir mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang terjatuh di neraka akan menjadi penghuni neraka baik yang kekal abadi maupun yang hanya sementara hingga segala dosa-dosanya yang tidak terlalu berat itu termaafkan.



ÂKHIRAH (Akhirat)

Kata âkhirah (آخِرَة) disebut 115 kali di dalam al-Quran. Kata ini selalu disebut secara tersendiri, di samping dihubungkan dengan kata dâr (دَار) atau nasy’ah       (نَشْأَة). Selain kata âkhirah (آخِرَة), Al-Quran juga menggunakan kata al-yaum al-akhir (الْيَوْمُ الآخِرُ) untuk menunjuk pengertian yang sama, dan ini terulang sebanyak 26 kali. Asal kata âkhirah (آخِرَة) adalah al-âkhir (الآخِر) yang berarti lawan dari al-awwal (الأوَّل) atau “yang terdahulu”. Kata itu juga be­rarti “ujung dari sesuatu” (S. Yûnus [10]: 10), yang biasanya menunjuk pada jangka waktu (S. Al-Hadîd [57]: 3).

Kata âkhirah (آخِرَة) juga ditemukan di dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dengan pengertian yang lebih kurang sama.

Penggunaan kata âkhirah (آخِرَة) di dalam al-Quran menunjuk pada pengertian alam yang akan terjadi setelah berakhirnya alam dunia. Dengan kata lain, kata âkhirah (آخِرَة) merupakan antonim dari kata dunia (misalnya, di dalam S. Al-Baqarah [2]: 201 dan S. Ali ‘Imran [3]: 152). Sejalan dengan pengertian asli kata âkhirah (آخِرَة), yang merupakan lawan dari yang awal, al-Quran juga menggunakan kata al-ûla (الأُوْلَى = yang pertama) untuk menunjuk pengertian dunia (di dalam S. An-Najm [53]: 25, S. Al-Lail [92]: 13 dan S. Adh-Dhuhâ [93]: 4).

Al-Quran menggunakan pula istilah atau kata lain untuk menunjuk peristiwa alam akhirat, antara lain yaum al-qiyâmah (يَوْمُ الْقِيَامَةِ = hari kebangkitan) di dalam S. Al-Qashshash [28]: 42; yaum ad-dîn (يَوْمُ الدِّيْنِ = hari pembalasan) pada S. Al-Fâtihah [1]: 4; as-sâ‘ah (السَّاعَة = waktu) di dalam S. Al-Kahfi [18]: 21; yaum al-fashl (يَوْمُ الْفَصْلِ = hari keputusan) di dalam S. Al-Mursalat [77]: 14; yaum al-hisâb (يَوْمُ الْحِسَاب = hari perhitungan) di dalam S. Gâfir [40]: 27; yaum al-fath (يَوْمُ الْفَتْحِ = hari kemenangan) di dalam S. As-Sajadah [32]: 29; yaum al-jam‘i (يَوْمُ الْجَمْعِ = hari pengumpulan) dan yaum at-taghâbun (يَوْمُ التَّغَابُنِ = hari pengungkapan kesalahan) pada S. At-Taghâbun [64]: 9; yaum al-khulûd (يَوْمُ الْخُلُوْدِ = hari kekekalan) pada S. Qaf [50]: 34; yaum al-khurûj (يَوْمُ الْخُرُوْجِ = hari keluar) pada S. Qaf [50]: 42; yaum ‘azhim (يَوْمٌ عَظِيْمٌ = hari yang besar) di dalam S. Al-An‘âm [6]: 15; yaum kabîr (يَوْمٌ كَبِيْرٌ = hari yang besar) di dalam S. Hûd [11]: 3; yaum alîm (يَوْمٌ أَلِيْمٌ = hari yang menyedihkan) di dalam S. Hûd [11]: 26; yaum muhîth (يَوْمٌ مُحِيْطٌ = hari yang membinasakan) pada S. Hûd [11]: 84; yaum al-hasrah (يَوْمٌ الْحَسْرَةِ = hari penyesalan) di dalam S. Maryam [19]: 39; yaum ‘aqîm (يَوْمٌ عَقِيْمٌ = hari siksaan) di dalam S. Al-Hajj [22]: 55; yaum azh-zhullah (يَوْمُ الظُّلَّةِ = hari naungan) di dalam S. Asy-Syu‘ara’ (26): 189; yaum al-ba‘ts (يَوْمُ الْبَعْثِ = hari kebangkitan) di dalam S. Ar-Rûm [30]: 56; yaum ath-thalâq (يَوْمُ الطَّلاَقِ = hari perte­muan) di dalam S. Al-Mu’min [40]: 15; yaum al-âzifah (يَوْمُ الآزِفَةِ = hari yang dekat) di dalam S. Al-Mu’min [40]: 18; yaum at-tanad (يِوْمُ التَّنَادِ = hari panggil-memang­gil) di dalam al-Mu’min [40]: 32; al-wâqi‘ah (الْوَاقِعَة = yang pasti terjadi) dan yaum ma‘lûm (يَوْمٌ مَعْلُوْمٌ = hari yang dikenal) di dalam S. Al-Wâqi‘ah [56]: 1 dan 50; yaum al-haqq (يَوْمُ الْحَقِّ = hari kebenaran) di dalam S. An-Naba’ [78]: 39; al-yaum al-mau‘ûd (الْيَوْمُ الْمَوْعُوْدُ = hari yang dijanjikan) pada S. Al-Burûj [85]: 2; al-qâri‘ah (الْقَارِعَةُ = bencana yang menggetarkan) di dalam S. Al-Qâri‘ah [101]: 1 dan al-ghâsyiyah (الْغَاشِيَةُ = pembalasan) di dalam S. Al-Ghâsyiyah [88]: 1. Nama-nama lain dari hari âkhirah   (آخِرَة) di atas pada umumnya menggambarkan keadaan peristiwa yang terjadi di alam tersebut.

Dengan memperhatikan S. At-Takwîr [81]: 1-14 seolah-olah berbagai peristiwa alam âkhirah (آخِرَة) terjadi dalam waktu yang sama, tetapi jika diperhatikan beberapa hadis Nabi Saw. dan banyaknya peristiwa yang terjadi pada masa itu, maka dapat dipahami bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di âkhirah (آخِرَة) mengalami proses, mulai dari berakhirnya kehidupan di dunia, yaitu binasanya semua makhluk yang hidup, baik yang di langit maupun yang di bumi selain makhluk-makhluk yang dikecualikan Allah (di dalam S. Az-Zumar [39]: 68). Kemudian, benda-benda langit seperti matahari menjadi padam, bintang-bintang berjatuhan, gunung-gunung dan bumi serta segala isinya hancur pula (di dalam S. At-Takwîr [81]: 1–4), lalu disusul dengan kebangkitan kembali makhluk-makhluk yang telah dimatikan itu (S. Az-Zumar [39]: 68). Api neraka pun dinyalakan dan surga didekatkan (S. At-Takwîr [81]: 12–13). Pengadilan dan penghitungan dilakukan terhadap amal yang telah dikerjakan dan barulah terjadi pembalasan atau ganjaran (S. An-Naba’ [78]: 21–37). Al-Quran menegaskan bahwa hari akhirah (آخِرَة) atau hari kiamat itu datangnya tiba-tiba dan hanya Allah yang mengeta­hui kapan datangnya. Nabi Muhammad Saw. sendiri pun tidak diberi tahu tentang hal itu (S. Al-A‘râf [7]: 187). Yang jelas, hari kiamat atau akhirah (آخِرَة) itu pasti tiba (S. Al-Hijr [15]: 85), tiada keraguan tentang kedatangannya (S. Ghâfir [40]: 59) dan telah dekat waktunya (S. Al-Qamar [54]: 1).

Selain tergambar dari nama-nama hari akhirah (آخِرَة) di atas, suasa­na yang terjadi pada masa itu juga digambarkan pada ayat-ayat lain,  di antaranya: Pada waktu itu, sekiranya manusia yang berdosa dapat menebus kebebasannya dari siksa neraka dengan emas sebesar dunia, mereka akan melakukannya, tetapi itupun tidak diterima (S. Al-Mâ’idah [5]: 36); orang akan lari menghindar dari saudara, ibu, ayah, teman, dan anak-anaknya karena masing-masing disibukkan dengan urusannya sendiri-sendiri (S. ‘Abasa [80]: 34–37 dan S. Al-Ma‘ârij [70]: 11–18), anak dan harta tak ada lagi gunanya (S. Asy-Syu‘arâ’ [26]: 88), tidak ada lagi urusan jual-beli dan persahabatan yang akrab (S. Al-Baqarah [2]: 254), orang tak dapat lagi memberikan bantuan atau mencelakakan orang lain (S. Ad-Dukhân [44]: 41), tidak ada orang yang berbi­cara kecuali atas izin Allah (S. Hûd [11]: 105), lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan yang mereka lakukan di dunia (S. An-Nûr [24]: 24), sementara mulut ditutup (S. Yâsin [36]: 65), dan tidak ada seorang pun yang dirugikan, karena masing-masing mendapat balasan atas apa yang telah dilakukannya (S. Yâsin [36]: 54). Karena dahsyatnya suasana itu, orang-orang yang berdosa sudah tidak tahan lagi menunggu giliran untuk diadili, sehingga meminta agar segera saja dijatuhi hukuman tanpa melalui penghitungan amal mereka (di dalam S. Shâd [38]: 16), orang-orang kafir dan yang mendurhakai Rasul berharap agar diratakan saja dengan tanah, karena mereka tidak dapat menyembunyikan kejahatan dari Allah (S. An-Nisâ’ [4]: 42) betapa pun kecilnya. Mereka berangan-angan agar dijadikan tanah (S. An-Naba’ [78]: 40).

Percaya atau beriman akan adanya alam akhirah (آخِرَة) merupakan ajaran pokok dalam Islam. Sedemikian pentingnya keyakinan tentang adanya alam âkhirah (آخِرَة) itu dapat dilihat dari banyaknya ayat al-Quran (26 ayat) yang hanya menyebutkan beriman kepada hari âkhirah (آخِرَة) dan kepada Allah saja tanpa menyebut pokok-pokok keimanan lainnya; misalnya di dalam S. Al-Baqarah (2): 8, 62, 126, 177 dan S. At-Taubah (9): 18, 29, 44, 45, dan 99.

Keimanan terhadap alam akhirah (آخِرَة) menjadi begitu pent­ing dalam ajaran Islam, karena itulah tujuan hidup manusia. Bahkan dapat dikatakan, inti ajakan para nabi dan rasul setelah kewajiban percaya kepada Allah adalah kewajiban percaya akan adanya kehidupan akhirat. Al-Quran menegaskan bahwa secara sadar atau tidak manusia bertujuan untuk menghadap Tuhan (S. Al-Insyiqâq [84]: 6). Tujuan ini tidak akan tercapai selama manusia ada dalam kehidupan dunia. Hanya di akhiratlah manusia dapat mencapai tingkatan itu. Menurut al-Quran, orang-orang yang mendustakan âkhirah (آخِرَة) sama dengan orang-orang yang mengingkari pertemuannya dengan Tuhan (S. As-Sajadah [32]: 10). Pengingkaran itu terjadi karena mereka tertipu dan merasa puas oleh kesenangan dunia (S. Ali ‘Imrân [3]: 185), sehingga mereka dilalaikan oleh kesenangan itu (S. Ar-Rûm [30]: 7). Tujuan akhir manusia tidaklah terbatas pada kehidupan di dunia (yang akar katanya berarti “dekat dan rendah”) ini, tetapi manusia memiliki tujuan jangka panjang yang jauh lebih mulia dan berharga serta merupakan tujuan akhir, yaitu kehidupan akhirat.

Keimanan terhadap hari âkhirah (آخِرَة) menjadi sangat penting dengan melihatnya dari segi moral dan keadilan. Keadilan (mutlak) sebenarnya hanya akan dapat dicapai di âkhirah (آخِرَة) dan tidak ada jaminan untuk mencapainya di dunia. Al-Quran berkali-kali menegaskan bahwa balasan baik atau buruk, tegasnya, neraka atau surga, yang akan diterima setiap orang di âkhirah (آخِرَة) nanti merupakan hasil perbuatannya pada masa hidup di dunia (S. Al-Baqarah [2]: 281) dan hanya dua tempat itu saja yang disediakan (S. Asy-Syûrâ [42]: 7). Pada waktu itu hanya amal perbuatan manusialah yang menentukan nasib yang akan diterimanya, yang semuanya tertu­lis di dalam buku catatan amal masing-masing (S. Al-Mu’minûn [23]: 62) dan mereka diperintahkan untuk membacanya. Orang yang beriman dengan hari âkhirah (آخِرَة) tentu akan bertindak sesuai dengan petunjuk dan aturan-aturan moral dan keadilan, melakukan kebajikan yang diajarkan Allah, dan tidak menyekutukan Tuhan dengan apa pun, karena ia berharap akan bertemu dengan Tuhannya di akhirat nanti (S. Al-Kahfi [18]: 110). (Abd. Rahman Dahlan)


Etimologi

Asal kata âkhirah (آخِرَة) adalah al-âkhir (الآخِر) yang berarti lawan dari al-awwal (الأوَّل) atau “yang terdahulu”. Kata itu juga be­rarti “ujung dari sesuatu”,[2] yang biasanya menunjuk pada jangka waktu[3]

Penggunaan kata âkhirah di dalam Al-Quran menunjuk pada pengertian alam yang akan terjadi setelah berakhirnya alam dunia. Dengan kata lain, kata âkhirah merupakan antonim dari kata dunia (misalnya, di dalam Al-Baqarah 2:201 dan Al ‘Imran 3:152). Sejalan dengan pengertian asli kata âkhirah, yang merupakan lawan dari yang awal, Al-Quran juga menggunakan kata al-ûla (الأُوْلَى = yang pertama) untuk menunjuk pengertian

Fase Alam

Alam kubur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Barzakh
Sebelum terjadi hari kehancuran, bagi mereka yang telah mati akan mengalami fase kehidupan akhirat yang disebut alam barzakh


Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran), Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini (nya)." (Ar-Rum 55-56)

Barzah berarti sesuatu yang terletak diantara dua barang atau penghalang. Pada masa itu ruh manusia sudah menyadari akan kebenaran janji-janji Allah


(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:" Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.(al-Mu'minun 99-100)

Menurut syariat Islam, kepada mereka yang jahat sudah diperlihatkan kehidupan mereka kelak setelah masa penghakiman selesai di neraka dan selama itu pula mereka akan mendapatkan siksa kubur, dalam beberapa hadits Muhammad menyebutkannya sebagai "azab kubur."

Penghakiman
Hari ketika mulut dikunci, dan semua anggota badan memberikan kesaksiannya kepada Allah SWT Yang Maha Adil. Hari penimbangan amal kebajikan dan kejahatan semasa hidup di dunia.

Perhentian akhirat

Hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib berkata: "Sesungguhnya pada hari kiamat ada lima puluh tempat perhentian (stasiun), dan setiap stasiun lamanya seribu tahun. Stasiun pertama adalah saat manusia keluar dari kuburnya, di sini mereka ditahan selama seribu tahun dalam keadaan hina, lapar dan haus. Barangsiapa yang keluar dari kuburnya dalam keadaan beriman kepada Tuhannya, mempercayai surga dan neraka-Nya, mempercayai hari kebangkitan, hari hisab dan hari kiamat, meyakini Allah dan membenarkan Nabi-Nya saw serta ajaran yang dibawanya dari sisi Allah azza wa jalla, ia akan selamat dari kelaparan dan kehausan."[7]

Nama lain bagi hari akhirat

Hari akhirat memiliki beberapa nama lain (julukan) yang diberikan oleh Allah sendiri melalui firman-Nya didalam Al Qur'an, diantaranya adalah:

Al-Ghâsyiyah (Arab: الغاشية) - Peristiwa Yang Dahsyat[8]
Al-Qâri‘ah (Arab: القارعة) - Yang Menggemparkan[9]
Ar-Râjifah (Arab: الرجفة) - Yang Menggetarkan
As-Sâ'ah (Arab: السَّاعَة) - Kehancuran[10]
Ash-Shakhah - Bencana yang memilukan
At-Thaamah (Arab: اظمة) - Bencana
Al-Wâqi‘ah (Arab: الْوَاقِعَةُ) - Peristiwa Yang Pasti Terjadi[11]
Al-Zalzalah (Arab: الزلزلة) - Kegoncangan[12]
Yawm ad-Dîn (Arab: يَوْمِ الدِّينِ) - Hari Penghakiman[13]
Yawm al-Âkhir (Arab: يَوْمِ الآخِرُ) - Hari Akhir[14]
Yawm al-Alîm Arab: يو م أليم) - Hari Yang Menyedihkan[15]
Yawm al-‘Azhim (Arab: يَوْمٌ عَظِيْمٌ ) - Hari Yang Besar[16]
Yawm al-Âzifah (Arab: يَوْمُ الآزِفَةِ) - Hari Yang Dekat[17]
Yawm al-Ba'ats (Arab: يوم البث) - Hari Kebangkitan[18]
Yawm al-Fashl (Arab: يَوْمُ الْفَصْلِ) - Hari Keputusan[19]
Yawm al-Fath (Arab: يَوْمُ الْفَتْحِ) - Hari Kemenangan[20]
Yawm al-Haqq (Arab: يَوْمُ الْحَقِّ) - Hari Kebenaran[21]
Yawm al-Hasrah (Arab: يَوْمٌ الْحَسْرَةِ) - Hari Penyesalan[22]

Yawm al-Hasyr (Arab: يوماالحشر) - Hari Perhimpunan
Yawm al-Hisãb (Arab: يومالْحِسَابِ) - Hari Perhitungan[23]
Yawm al-Jam‘i' (Arab: يَوْمُ الْجَمْعِ) - Hari Pengumpulan[24]
Yawm al-Jaza' (Arab: يوم الجزاء) - Hari Pembalasan/ Hukuman[25]
Yawm al-Khulûd (Arab: يَوْمُ الْخُلُوْدِ) - Hari Kekekalan[26]
Yawm al-Khurûj (Arab: يَوْمُ الْخُرُوْجِ ) - Hari Keluar dari Kubur[27]
Yawm al-Mahsyar (Arab: يومالمحشر) - Hari Berkumpul di Mahsyar[28]
Yawm al-Mau‘ûd (Arab: يَوْمُ الْمَوْعُوْدُ ) - Hari Yang Dijanjikan[29]
Yawm al-Mizan (Arab: يَوْمَالميزان) - Hari Penimbangan[30]
Yawm al-Qiyāmah (Arab: يَوْمُ الْقِيَامَةِ) - Hari Kebangkitan[31]
Yawm al-Wa’iid (Arab: يَوْمُ الْوَعِيدِ ) - Hari Ancaman[32]
Yawm an-Nusyur (Arab: يوم انوسر) - Hari Kembali
Yawm ‘Aqîm (Arab: يَوْمٌ عَقِيْمٌ) - Hari Siksaan[33]
Yawm at-Taghâbun (Arab: يَوْمُ التَّغَابُنِ) - Hari Pengungkapan Kesalahan[34]
Yawm at-Tanad (Arab: يَوْمَ التَّنَادِ) - Hari Panggil Memanggil[35]
Yawm ath-Thalâq (Arab: يَوْمُ الطَّلاَقِ) - Hari Pertemuan[36]
Yawm azh-Zhullah (Arab: يَوْمُ الظُّلَّةِ) - Hari Naungan[37]
Yawm Kabîr' (Arab: يَوْمٌ كَبِيْرٌ) - Hari Yang Besar[38]
Yawm Ma‘lûm (Arab: يَوْمٌ مَعْلُوْمٌ) - Hari Yang Dikenal[39]

Yawm Muhîth (Arab: يَوْمٌ مُحِيْطٌ) - Hari Yang Membinasakan[40]

Empat hal kebaikan dunia dan akhirat

Menurut hadits, ada 4 perkara apabila diberikan kepada seseorang sesungguhnya ia telah memperoleh kebaikan dunia dan akhirat, yaitu :

Hati yang senantiasa bersyukur
Lisan yang senantiasa berdzikir
Tubuh yang senantiasa sabar dalam menanggung musibah
Istri yang tidak pernah berkhianat baik terhadap dirinya atau terhadap harta benda suaminya.[41]

Menurut syariat Islam, jika keluarga kita semuanya termasuk orang yang sholeh maka semua anggota keluarga akan dapat berkumpul bersama di dalam syurga. Hal ini seperti tertulis dalam Al-Qur'an Ar-Ra'd ayat 23:


("yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Ar-Ra'd ayat 23)

Kehidupan esok pada akhirnya di sana ada yang masuk sebagai penghuni neraka. Semua tergantung pada amal perbuatannya selama hidup di dunia

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber :http://dc145.4shared.com/doc/BvtpHzJr/preview.html

4 komentar: